BUKAN ALASAN (Bag. I)

Sumber foto : internet


Gila!
Ini benar-benar gila, kenapa aku tak bisa menghapus bayang-bayangnya, Dia selalu saja berputar-putar di kepalaku.
"Sudahlah... Kau lupakan saja dia Mir...tak pantas kamu dalam  kungkungan cinta lelaki seperti dia"
Nasihat Elena masih terngiang-ngiang , keluar masuk kupingnya.

Ugh!
Geram Mirna, tentang perasaannya ingin rasanya ia menghancurkan kaca meja riasnya...biar tahu seperti itulah hancurnya perasaannya saat ini.
Antara benci,muak,geram namun juga rindu.

Ah..lelaki itu sudah mempermainkannya..tapi kenapa ia menyukainya...
Cuma mulut lelaki itu terlalu manis menggodanya.

"Sadar Mir...sadar, dia itu lelaki beristri, dan kamu juga telah memiliki  suami dan anak-anak yang mengasihimu"
"Tapi El...suamiku itu kurang perhatian, siang malam selalu sibuk dengan kerjaannya, jarang sekali kami pergi berduaan..., atau jalan sama anak-anak"
"Mir..itu bukan alasan"
"Suami ku itu tidak romantis...jarang sekali aku mendengar dia berkata manis atau merayuku...walau cuma sekedar gombalan..."
" Itu juga bukan alasan Mir.."
"Ah! Kau El...kamu gak pernah ngerasain..bagaimana enaknya..sensasi selingkuh, ada debar indah yang tak pernah dirasakan sebelumnya"
"Astaghfirullah....ngucap Mir, Istighfar.. Kamu benar-benar... " Elena tak melanjutkan kata-katanya..takut hanya memperburuk situasi.
Mirna terdiam... Air matanya yang sejak tadi terbendung, mengalir membasahi pipinya yang mulus.

"Mirna...." Elena memeluk sahabatnya itu dengan   hangat
"Mirna...kenapa kamu telah menyulut api...yang kamu bilang cinta dan kerinduan itu..., yang kamu  bilang memiliki sensasi dan debar indah itu, tapi ..nyatanya, saat ini kamu  justru terbakar dan sakit."
"Dia baik dengan ku... El, dia selalu perhatian denganku dia menyayangiku, dia bilang dia mencintaiku karena Allah.." Mirna tertunduk..terisak

He he.
Elena tertawa tertahan mendengar perkataan Mirna.
"Terus.. Dia seperti apa lagi Mir..?"
"Ya..dia orangnya santun..lemah lembut...."
Elena mendengar itu menjadi tak sabar..begitu geram pada sahabatnya ini...tapi dia begitu menyayangi Mirna.

"Mir..." Elena mengangkat dagu Mirna yang tertunduk.
"Tatap mataku.."lanjutnya..
"Apakah kau masih menganggap ku sebagai sahabat mu...?" tanya Elena
"Tentu El..bahkan kau telah ku anggap sebagai saudaraku, maksud mu apa bertanya seperti itu..?"

"Oke, jika kamu masih menganggap aku sebagai saudaramu, coba dengarkan nasihatku, jika kamu tak mau  menuruti kata-kata ku, lebih baik kita tak usah saling mengenal lagi"

"Kok kamu..gitu  sih?" Mirna menyeka pipinya yang basah.

"Itu karena aku tak ingin mempunyai saudara yang jahat sepertimu." Elena tegas

"Kamu tega. Tega kamu El.!! Kamu gak punya perasaan...lebih baik aku pulang percuma aku kesini..!" Mirna makin emosi, bangkit mengambil tasnya.. dan melangkah pergi.

"Tunggu." Elena  cepat menangkap tangan mungil mirna.

"Sabar Mir...dengarkan aku dulu.." Mirna kembali duduk.

"Mari..ikut aku..." Elena menarik tangan mirna, mirna mengikuti elena..
"Coba lihat..." Elena mengajak pada sebuah cermin besar diruang tengah rumahnya
"Lihat lah, kamu seorang wanita muda, cantik, berkerudung....dan ini." Elena mengambil tas Mirna dengan sedikit kasar dan mengeluarkan sebuah mukena.
"Apa pantas seorang wanita berkerudung, yang orang menganggapnya sebagai wanita baik..tapi memiliki sifat munafik!"
Mirna terdiam, ntah kehabisan kata-kata atau  memang tak sanggup lagi berbicara..
"Mirna...." suara kembali melemah.
"Cobalah kamu berfikir jernih...lelaki itu cuma mempermainkanmu, dia itu lelaki bajingan munafik, yang bersembunyi dibalik santunnya, mana ada perselingkuhan membawa-bawa nama Tuhan, jelas-jelas perbuatan itu dibumbui oleh setan dan dibenci tuhan. Perhatian yang diberikan kepadamu itu, cuma omong kosong. Lelaki seperti itu cuma mencari selingan diantara kejenuhan rutinitasnya, dia mencari sensasi baru dengan mendekati wanita-wanita yang gampang tergoda, kemudian meninggalkannya, jika ia merasa bosan atau misinya telah terpenuhi"

Mirna terisak mendengar penuturan Elena.

"Coba kamu bayangkan bagaimana perasaan istri lelaki itu...., jika dia mengetahui suaminya berselingkuh, atau bagaimana perasaanmu jika Husin, suami mu itu berselingkuh, memiliki hubungan intens dengan wanita lain, he?"

Mirna  mekin terisak hingga ujung hidung nya memerah

"Oke, jika kamu bilang suami mu itu kurang perhatian, kurang romantis..tapi itu bukan alasan..., dan tak ada alasan untuk pembenaran sebuah dosa Mir...., baiklah anggap saja suamimu juga berselingkuh, itu juga bukan alasan ...jika dia terjerumus pada limbah dosa..kenapa kita mesti ikut terjun ke dalamnya?" Elena mengusap pipi sahabatnya itu dan memeluk hangat.

Mirna tergugu...apa yang dikatakan Elena semuanya benar... Dia merasa kecil dan bodoh dihadapan sahabatnya itu, padahal dialah yang pertama kali mengajak Elena untuk bebusana muslimah, ikut pengajian, berusaha menjadi wanita yang sholeha, tapi kenapa justru dialah yang kini yang Futur dan imannya menipis hanya karena rayuan seorang laki-laki musang berbulu domba. terlihat santun tetapi memiliki pikiran yang picik.

"Terimakasih...El.., kamu telah membuka hatiku,kamu memang saudara terbaikku.." Mirna mempererat pelukan sahabatnya itu.

"Sudahlah Mir..itulah gunanya saudara, kita bukanlah makhluk sempurna.., adakalanya kita khilaf dan tugas saudara adalah mengingatkan..dan menunjukkan jalan yang benar..dikala kita telah menyimpang dari jalan kebaikan" Elena bijak sekali....semakin malu rasanya pada Elena

"Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ambil wudhu, rapikan wajahmu..., hari sudah sore..lebih baik kamu pulang.., anak-anakmu pasti telah menunggu "
Bersyukur sekali memiliki sahabat yang dapat memahami perasaannya

***

Itu pembicaraan seminggu   yang lalu di rumah Elena, .Dia sudah berazam tak kan lagi mengulangi dan tak ingin memenjakan rasa ini terus menerus..., tapi hati ini kenapa begitu kuat terpaut..., bayang-bayang lelaki itu..sesuka hati keluar masuk meyelinap dalam relung -relung kalbunya.

Prasetiyo.
Ya.
Pras yang telah membuatnya begini, Pras lah yang membuat hatinya menjadi lemah dan ringkih, sesungguhnya dia sadar tak pantas air mata ini mengalir hanya untuk seorang lelaki yang di haramkan untuknya, tapi bagaimana  ia harus bersikap setan begitu kuat menggelayut dihatinya. Dia telah mencoba berdo’a , Sholat lail, mengaji.... ah, tapi mengapa  bayang-bayang Pras tak lepas dari pikirannya, sungguh telah merusak konsentrasinya..
Beberapa hari ini pikirannya begitu kacau, masakannya pagi ini  rasanya tidak karuan, gorengan Tahu dan tempe, sedikit menghitam hampir gosong dan terasa agak pahit. Terbit rasa bersalah dihatinya ketika menyuguhkan itu semua untuk sarapan suami dan anak-anaknya.

“Maafkan Mama ya, makanannya agak gosong”
“ Mama melamun nih, pasti masaknya sambil mikirin hmmm...” Dzaki anaknya yang paling tua kelas 2 SMP itu menyahut , tapi belum selesai  sudah  dipotong oleh suaminya.
“Mama masaknya sambil mikirin cowok ganteng sih..” sambil meminum segelas teh  buatan Mirna. Mirna terkesiap mendengar ucapan suaminya, hatinya berdebar.
“Cowok ganteng apaan sih pa?  Emang cowok ganteng mana yang mama pikirin?!” suaranya agak keras dan sedikit tersinggung.
“Ih..mama kok marah.?” Uchi anaknya yang duduk  dibangku kelas lima Sekolah dasar itu sambil menyuap mi goreng kesukaannya..
“Maaf..., habis papamu sih....” Mirna tersadar, dan melunakkan suaranya..
“Mama kalian lagi kesambet, jadi lagi sensitif....jadi hati-hati ngomong, papa tahu kok cowok mana yang di pikirin mama...” Jantung Mirna makin berdetak  tak karuan.
“Siapa pa?”
“ Emang siapa pa?” Uchi penasaran juga.
“Hmmm...cowoknya adalah...hmmmm.. kasiiiii..tau..gak ya.....”Husin menahan senyumnya..
“Yah..kasi tu lah....Dzaki penasaran nih..”
" Cowok itu ..adalah........”Husin melirik Mirna, yang sibuk mengelap piring dan Mirna pura-pura menunduk tak melihatnya dia takut Husin tahu perasaannya.
“Cowok ganteng itu adalah Papaaaaaa.......!!!” sambil terkikik.
Dzaki dan Uchi ikut tertawa.
“Ih...papa narsis nih..uhuk..uhuk” Dzaki tertawa sampai terbatuk-batuk..
“Satu kosong..satu kosong.., mama di kerjain papa” Uchi menyela
Mirna tersenyum geli plus lega...., tapi jauh disudut hatinya ia merasa was-was, jangan-jangan kelekar  pagi ini hanya sindiran untuk dirinya dan sebenarnya bang Husin tahu apa yang telah di perbuat nya.

(Bersambung)

By:
Nova Violita ;)

Posting Komentar