Puisi Sonian, apa sih?

 Akhir-akhir ini aku sering posting puisi Sonian, mungkin banyak diantara kita yang belum tahu apa itu puisi sonian. Aku aja baru tau...he2,  ini merupakan  perkembangan sastra terbaru di Indonesia, mau tau? yuk kita simak yang berikut.. ini aku copast dari Grup Sonian di Facebook.. kalian mau ikut..gabung yuk..dan kita sama-sama belajar.

SONIAN adalah puisi sepanjang empat baris yang saya kreasi dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik. Semakin bawah seorang penyair menulis sonian, maka semakin sulit, karena kata-kata yang dibutuhkan semakin sedikit jumlahnya. Hal ini dimaksudkan, agar puisi yang ditulis dalam bentuk ini tidak pecah, melainkan kian fokus pada pengalaman batin macam apa yang ingin diekpresikan. Jika diibaratkan dengan mata panah yang terbalik, maka jelas sudah, bahwa kian bawah kian runcing adanya. Walau demikian, meski nyaris sama pendeknya dengan haiku, sonian bukan haiku yang ditulis dengan pola 5-7-5 suku kata perlariknya, yang dikreasi oleh penyair Jepang kenamaan pada zamannya, Bāsho.

Lebih lanjut, sonian bukan jenis puisi yang meluap-luap mengumbar emosi. Sonian adalah puisi yang menahan dan mengelola emosi dalam bentukan ungkapan yang ringkas, yang ingin menjangkau makna seluas mungkin. Dalam daya ungkap yang ditulis para penyairnya, sonian bisa imajis dan bahkan simbolis. Hal itu sangat bergantung kepada kemampuan para penyairnya dalam menulis puisi.
Perwujudan pengalaman batin dalam menulis sonian menuntut para penyairnya peka terhadap setiap makna kata yang hendak dituliskan, sehingga apa yang ingin diungkap terwujud dengan jelas. Dengan demikian jelas bahwa imajinasi, simbol, dan metafor sebagai kendaraan utama dalam menulis puisi, dalam hal ini, menulis sonian sangat dibutuhkan. Apa sebab? Karena yang disebut semua itu merupakan mekanisme psikis , dalam melihat, melukis, membayangkan, atau memvisualkan sesuatu dalam struktur kesadaran yang menghasilkan sebuah citra (image) pada otak. 


Ditulisnya puisi dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik dimaksudkan antara lain untuk meninggikan harkat dan derajat manusia, dan malah bukan merendahkannya dengan mengangkat tema porno, cawokah, dan cabul. Sonian bisa diisi dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai agama yang dianut oleh para penyairnya, nilai-nilai budaya setempat, renungan terhadap alam, dan sebagainya, yang tidak bertentangan dengan hokum mana pun yang berlaku di muka bumi. Sonian sangat berpihak kepada etika, moral, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai religious, termasuk persoalan-persoalan hokum di dalamnya. Paling tidak, demikian dasar-dasar penulisan sonian dituliskan. (Soni Farid Maulana) ***

2 komentar

Terimakasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya di sini yach...:), Tidak terima komentar spam dan komentar mengandung Link,brokenlink , dan harus menggunakan nama semestinya , anonim dan merk tidak akan diterbitkan.