Karena Menikah Bukanlah Pelarian

Pada suatu hari  Lia (sebut saja begitu ) datang ke rumah  Rina. Lia bermaksud mengajak Rina jalan-jalan sekedar makan diluar dan ngobrol.  Tetapi seampai dirumah Rina, Rina terlihat repot membantu ibunya didapur. Ya, Ibu Rina adalah pedagang  makanan bisa dibilang  buka warung makanan. SEbagian tugas ibunya Rina yang mengerjakan seperti menggiling bumbu dll. Rina meminta Lia menunggu, dia ingin menyelesaikan pekerjaannya dulu dan kemudian baru pegi keluar. Melihat Rina yang lagi repot yang keliahatan hidupnya begitu  ribet (menurut penilaian Lia), pagi-siang  bekerja, sore sampai malam membantu ibu untuk berjualan esok harinya. Lia berbisik “ah..kenapa kamu gak menikah saja dari pada ribet gini bantu orang tua, kalau nikah kamu kan bisa tinggal  sama suami gak dirumah ini lagi”.  

---
Adakah diantara kita yang menikah dengan alasan seperti yang diutarakan Lia pada Rina. Terkadang banyak menganggap menikah adalah sebuah solusi dari masalah yang kita hadapi. Ya, mungkin menikah bisa jadi solusi untuk beberapa hal, tapi tentu tidak seutuhnya, karena menikah bukanlah pelarian.
Menikah adalah ibadah maka mulailah dengan niat yang baik membangun rumah tangga , bukan karena ingin jauh dari orang tua, bukan karena bosan dengan hidup yang sekarang, atau karena patah hati dan balas dendam dengan seseorang. Menikahlah disaat benar-benar siap menjalaninya, karena menikah itu bearti menambah kewajiban dan tanggung jawab, ada kesiapan mental didalamnya.
Menikah adalah ikatan untuk seumur hidup bukan sehari atau dua hari bukan sebulan dua bulan. Ada yang berani bilang  udah nikah saja dulu nanti jika nggak cocok tinggal cerai saja. Cerai  tak semudah  yang di ucapkan. Buktinya banyak yang bertahan  dalam pernikahan walau kenyataannya pernikahan yang ia jalani banyak sekali kerikil yang menghalangi, entah dari segi ekonomi hingga perselingkuhan bahkan  KDRT dan tetap bertahan hingga puluhan tahun. Tak semua yang bisa dan kuat untuk mengambil jalan berpisah, apalagi sudah memiliki anak.

Baca Juga : 5 Hal yang membuat istri bertahan, ketika pasangan selingkuh
HIdup ini adalah perpindahan dari satu masalah ke masalah yang lain, jadi percuma saja jika maksud menikah adalah untuk menghindari permasalahan hidup. Bahagia itu kita yang ciptakan, walau hidup disituasi  dimanapun jika kita mensyukuri apa yang kita punya , berdamai dengan keadaan, berusaha tenang menjalaninya, insha Allah langkah kaki menjalaninya terasa tidak begitu membebani (#selfreminder) ☺ . Faktanya pernikahan yang kita jalani tak seindah dan seromantis yang kita bayangkan diawal, selalu saja ada debat kecil dan peetengkaran dengan pasangan.

Dari sekian banyak permasalahan yang ada, ternyata pernikahan membuat kita banyak belajar dalam melakoni peran kehidupan.  karena pernikahan ibarat sekolahan yang tiap saat memberikan kita pelajaran, dan sesekali pasti di uji.
Pernikahan mengajarkan kita tentang tanggung jawab. Menikah artinya beratambah pula kewajiban dan tanggung jawab, baik sebagai istri maupun suami.  Jelas tak bisa sebebas saat masih lajang, jika dulu suka pergi kemana suka, dan pulang larut, tentu hal ini tak bisa dilakukan sesering mungkin. Jika dulu suka suka shopping belanja ini itu, sekarang fokus kemasa depan keluarga. Sebagai istri ada pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan, menyiapkan makanan, dalam bersikap pun begitu karena ada dua keluarga yang harus  dijaga nama baiknya.
Pernikahan Menuntut Keterbukaan. Keterbukaan disini tentu antara kita dan pasangan. Kadang agak sulit dilakukan para introvert yang suka memendam masalah didalam hati. Rumah tangga dibangun berdua jadi antara kedua sisi harus jalan seimbang . Komunikasi itu selalu jadi  nomor satu, jika ada masalah atau ada sesuatu  harus dibicarakan. Ngambeg diawal pernikahan memang terkesan manjah-manjah manis. Si istri ngambeg  dan sedikit berkaca-kaca, suami langsung merayu dan mengusap kepala. Tapi jika itu dipelihara suami juga bosan, dan tentunya tak semua masalah bisa diselesaikan dengan ngambeg manja. Seorang suami juga begitu jika ada yang kurang berkenan dengan istri, lebih baik langsung diutarakan dari pada diam, dan istri jadi menebak-nebak kenapa suamiku marah. Diam memang emas tapi diam tak menyelesaikan masalah, jika sama-sama diam sama-sama menduga justru permasalahan jadi merembet keman-mana.  Yes, komunikasi  itu penting dan harus diutarakan dengan tenang bukan mencak-mencak dan gampar-gamparan, apalagi sampai ribut se er-te.
Pernikahan mengajarkan untuk lebih dewasa dalam bersikap. Pernikan adalah awal menjalani hidup yang lebih serius. Tentunya kita tak bisa bermain-main, menikah itu bagai membangun sebuah perusahaan, jika ingin berhasil dan membuat rumah tangga tentram jalani dengan serius.  Pikirkan dan ikhtiarkan untuk keutuhan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrohmah.
Pernikahan  artinya menambah stok “sabar” yang banyak. Sabar disini bukan artinya diam saja tanpa usaha.
“ Suamiku emang gitu sih, orangnya temperamental suka marah-marah , banting ini itu, sabar aja ,aku paham sifatnya begitu”
“ Istri aku emang gitu, kalau lagi marah suka mencaci maki, sumpah serapah, banting pintu, aku paham ya sabar saja”
Bukan gitu juga kali ya..
Jika ada masalah  selesaikan masalah dengan tenang dan cara yang baik bukankah kita telah diajarkan untuk dewasa. Jika pun ada pertengkaran kalau mau baikan jadi gampang, tinggal colek-colekan selesai. Coba deh, kalu saling maki suara keras, mau baikan terhalang gengsi.

Curhat saat ada masalah memang melegakan tapi kita tak bisa asal curhat, pastikan kita  curhat pada orang yang tepat dan mampu memberi solusi  bukan justru mengompori, dan jangan sampai curhat dan menjelekkan pasangan atau keluarga pasangan di sosial media.
--
Pernikahan memang butuh tanggung kawab, keseriusan, kebijakan, butuh kedewasaaan, tapi menikah itu menyenangkan. Hidup tak akan indah tanpa warna warni, hidup tak akan lengkap tanpa campuran berbagai rasa manis, asam, asin bahkan pahit yang ternyata didalamnya ada obat yang menyembuhkan.
Awali pernikahan dengan niat yang baik, dan cara yang baik, bukan karena ingin keluar dari keluarga, tapi menambah keluarga dan menjalin silaturahmi yang lebih hangat.

Jadi,
Jangan takut menikah, ya.
#Selfreminder

19 komentar

  1. Betul, nikah memang bukan pelarian. Banyak hal yg akan kita dapatkan setelah menikah

    BalasHapus
  2. Wawwwwww....... mantap banget deh mbak, postingannya ngena banget, buat 10 tahun kedepan sih, hahahahahaha, BTW, salam kenal dari #DuniaFaisol ya mbak

    BalasHapus
  3. Semoga yang telah menikah niatnya bukan sebagai pelarian ya mbak 😣

    BalasHapus
  4. Betul banget, Mbak. Saya jadi ingat salah satu kutipan di novel yang kalau ga salah novelnya Mbak Ifa Avianty... "memang ada permasalahan2 yang akan selesai dengan kita menikah. Tapi dalam pernikahan juga nantinya kita akan menemukan masalah-masalah baru" kurleb begitu deh kutipannya. Hehehe...

    BalasHapus
  5. Baca ini semakin memantapkan lagi niat untuk menikah :)

    BalasHapus
  6. menikah itu akhirnya tentang aku, kamu, dan si kecil yang butuh biaya. :)

    BalasHapus
  7. pelarian, wah nanti kena batunya setelah tahu kalau di pernikahan juga akan kita temukan kerikil2 yang harus dilalui

    BalasHapus
  8. Menikah mengajarkan tNggungjawab... kalo aku, itu mba yang paling kerasa..
    Dari yang awalnya cuma untuk diri sendiri...saat menikah harus memikirkan banyak pribadi

    BalasHapus
  9. Setuju Mbak, pernikahan bukan pelarian. Atau problem solver. Saya selalu berfikir menikah itu tanggung jawabnya lebih besar terhadap kita sendiri, orang yang menjadi pasangan, juga kesiapan mental kita untuk kemudian membagi hampir semua hal dengan pasangan.

    BalasHapus
  10. Menikah,,, itu melihat perbedaan dgn pengertian y mba,,,.

    BalasHapus
  11. Pernikahan nambah stok sabar, bojoku galak, kaya lagu, hehehe

    Iya, kalau mau nikah awali dg niat baik, bkn krn males ketemu ortu, patah hati dan lain. Dengan lari dr masalah, enggak akan selesai. Masalahnya, kdg dr org terdekatnya nuntut terus agar nikah pdhal mental blm siap

    BalasHapus
  12. Udah banyak banget yang bilang gini ke aku mbak, udah nikah aja biar blablablabla.
    Jadi artikel ini seolah menjadi jawabanku atas semua desakan itu hihi. Karena memang menikah itu perlu kesiapan lahir btin, buat sekedar pelarian atas suatu hal.

    BalasHapus
  13. Menikah ini membuat ku bersyukur akan banyak hal. Memang lelah..memang cape, tapi in syaa Allah pahalanya surga.

    Karena menikah berarti menyempurnakan setengah dari agama.

    BalasHapus
  14. Kalau berpikir pernikahan itu adalah pelarian dr masalah, jgn heran ntar bakal ketemu masalah yg lebih besar lagi setelah menikah. Jika pernikahan itu diniatkan utk ibadah, insya Allah ridho Allah akan menyertai

    BalasHapus
  15. Lakukan pernikahan ketika sudah merasa siap :)

    BalasHapus
  16. Ah masa sih Ada orang yang takut menikah

    BalasHapus
  17. Setuju sekali, mba. Menikah juha gak seperti kerja kantoran yang kalau udah nggak nyaman langsung resign. Hheheh

    BalasHapus
  18. aku udah siap, cuma pasangannya belum ada :((

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya di sini yach...:), Tidak terima komentar spam dan komentar mengandung Link,brokenlink , dan harus menggunakan nama semestinya , anonim dan merk tidak akan diterbitkan.