Sabar Dalam Menulis


Menulis adalah melahirkan perasaan dan pikiran dalam bentuk tulisan, bisa bentuk abjad, angka, surat, cerita dan lain-lain. Bercerita melalui tulisan sangat berbeda ketika bercerita secara lisan.
Saat bercerita secara lisan tak hanya mulut yang bersuara, tapi ekspresi wajah, tangan terkadang ikut mendukung agar apa yang kita ceritakan memberi kesan yang lebih menarik, karena orang tak hanya mendengar apa yang kita ceritakan tapi juga melihat bahasa tubuh kita (body language).

Beda halnya ketika kita bercerita melalui tulisan, kita mesti pandai memainkan kata bercerita secara rinci dalam menggambarkan suatu keadaan, baik soal lokasi atau tempat, menggambarkan emosi marah, nangis, lucu atau tentang warna dll. Disini penulis dituntut untuk dapat mengarahkan imajinasi pembaca sesuai apa yang diinginkan penulis.

Sejujurnya aku bukanlah orang yang sabar dalam bercerita, baik lewat lisan maupun tulisan. Ketika lewat lisan aku langsung bercerita pada pokok tujuan tidak mau berbelit-belit, begitu juga dalam tulisan selalu ingin terburu-buru menyelesaikannya, kurang pandai membuat pembaca menjadi penasaran, belum apa-apa sudah tertebak jalan ceritanya mau kemana. Padahal ingin sekali menuliskan sesuatu secara rinci, step by step, sesuai kronologinya, tapi rasa tidak sabar selalu mengalahkan perasaan itu.

Dengan alasan tidak sabar itu pula , membuat aku lebih suka menulis puisi dibanding cerpen dan lainnya (walau sebenarnya kurang pandai berpuisi). Dengan puisi cukup mencari kalimat atau kata yang menyimbolkan keadaan atau perasaan tertentu. Jika dituliskan dalam bentuk cerita atau cerpen butuh beberapa halaman, maka dengan puisi cukup beberapa bait saja.

Dan rasa tak sabar itu juga membuat aku merasa iri kepada teman-teman yang bisa menulis pristiwa tertentu dengan panjang lebar, mutar kesana belok kesitu baru…deh.. nyampai ketujuan. Mereka dapat mengantar sebuah tulisan dengan hal-hal yang menarik, misalnya:

“Siang itu… matahari bersinar sangat terik…., sepoian angin sebenarnya cukup membuat bulu-bulu tubuh terangkat dan pori-pori dapat menikmati kesejukannya…, tapi siang ini yang begitu terik tak cukup dengan sepoian angin yang sedikit membawa hawa gersang kemarau. Mungkin… dengan mampir kewarung Mbok Min ..dapat merubah suasana hati. Warung Mbok Min terkenal dengan Es cendol campur spesialnya , ah…. Sepertinya kerongkongan ini perlu di aliri yang segar-segar. Sesegar hutan yang tak pernah dijamah tangan-tangan kasar, yang seenaknya merusak hutan membakar semaunya lalu membiarkan asap-asap hasil tangan mereka di hisap oleh paru-paru yang tak berdosa…dan mereka tertawa dalam keserakahan”

Terkadang menulis tak hanya agar pembaca paham yang kita maksud, tapi juga membuat pembaca terlena, menikmati apa yang kita tulis sedikit demi sedikit hingga habis, seperti menjilati es krim atau mengisap sebuah permen,mereka pelan-pelan menikmati manisnya hingga habis. Bukan seperti makan kerupuk… begitu digigit ..kunyah…kunyah.. kruk..kruk..kroak… langsung telan(he2), mereka juga menikmati kerupuk.. tapi mereka menikmati secara cepat begitu habis di mulut, langsung ambil kerupuk yang lain, mereka tak sabar ingin cepat selesai. (ini soal makan kerupuk atau ngebahas soal tulisan yak?)

Ah….
Sejujurnya tulisan atau postingan ini melatih kesabaran aku. Mau tau…? Dari tadi awal nulis ..aku selalu saja melihat jumlah kata yang kutulis, untuk menyelesaikan 500 kata saja rasanya tak sabar. Padahal aku ingin kalian membaca ini dengan rasa sabar… menjilati es krim dengan merem melek..(apaan sih..?) hmmmm… ya.. seperti penyuka kopi susu..dia tak ingin cepat-cepat menghabiskan minumannya.., dia menyeruput sedikit demi sedikit.. (ahai..makin tak jelas..).

Oke..deh… adakah yang mulai tak sabar dengan tulisan ini?…, yang mulai ngelantur dan ngalor ngidul… kututup tulisanku dengan lima ratus empat puluh lima kata..

Salam…. By novili

-------
kesimpulan : Belum lulus dalam uji kesabaran  menulis :p (545 kata tak termasuk kesimpulan).

9 komentar

  1. Hahaha... Aku malah ga jago berpuasa Mbak, kl srh cerita selalu tuntut tp blm tentu kl nulis :-P

    BalasHapus
    Balasan
    1. wew...jago berpuasa...ha2?

      saya ga jago berpuisi kok mbak...., cerita lebih gampang dari nulis ya....
      terimakasih kunjungannya...

      Hapus
  2. menarik mbak, memang untuk menulis diperlukan sebuah kesabaran untuk menyelesaikan setiap tulisan. Kadang sayapun demikian, ketika belum selesai tulisan pertama, tiba-tiba muncul ide baru lagi, akhirnya ngambang tulisan yang pertama, endingnya kurang bagus.
    Terima kasih sharingnya yang bermanfaat.
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu salah satu kendalanya juga mbak....selain gak sabar..ide yang melompat-lompat hilang timbul... Jadi bingung yang mana mau di dulu kan...., trims tanggapannya mbak yun...

      Hapus
  3. hihi.. aku juga suka ngitungin jumlah kata postinganku mak, pokoknya ga lebih dari 500 kata udah cukup buatku :p

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Kepengen es krim ato kerupuk nih???

      Salam... terimakasih udah mampir..

      Hapus
  5. kalo dirutinkan selama 30 an hari bisa lho nambah katanya :D dulu aku pernah nyobain hehehe

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya di sini yach...:), Tidak terima komentar spam dan komentar mengandung Link,brokenlink , dan harus menggunakan nama semestinya , anonim dan merk tidak akan diterbitkan.