Musim telah beratus kali berganti
Banjirpun entah berapa kali datang pergi..
Ku tetap terbungkuk layu
Disela hiruk pikuk kota
dan lalu lalang debu yang diangkat ribuan langkah dan ribuan putaran roda
Seperti
Senja ini ...
Langit terus menyemai rintiknya..
Butiran butiran itu jatuh saling berkejaran..
Satu
Dua
Seratus
Seribu
Sejuta
Mungkin sebanyak guratan waktu pada tubuhku
Lebih...
Entahlah. Ku tak peduli..
Rintik itu bukan lah recehan
Yang jatuh pada mangkuk rombengku..
Entah siapa yang melempar..
Ku tak kenal..
Lima ratus..
Seribu..
Lima ribu..
Lima belas ribu..
Seharian ..
Cukup membungkam perutku yang terus bernyanyi sejak pagi..
Biarlah malam terus bergulir bersama malaikatnya..
Tak peduli dengan udara yang menggigit setiap sendi keringku
Tak peduli dengan langit yang terus memuntahkan isinya..
Ku ingin damai..
Menghangat kan diri bersama selimut tak tentu warna beraroma segudang sampah.
Aku ingin tenggelam bersama kepedihan ku.
Damai dalam lelap ku..
Damai Menunggu esok..
Damai hingga ajal ku menjelang..
Assalamualaikum.... puisinya bagus, ilustrasinya bagus.
BalasHapusNumpang kenal mbak...
Wa'alaikum salam....
BalasHapusterimakasih ya....
salam kenal kembali