KARENA TERBATAS BUKANLAH PEMBATAS : SANTI SETYANINGSIH DAN GERAKAN INKLUSI YANG TERUS BERDAMPAK

pemberdayaan disabilitas

“ Karena Terbatas Bukanlah Pembatas” itu kalimat pertama yang saya temukan ketika mengetikkan sebuah nama di kolom  pencarian google,  sebuah kata yang mengandung motivasi kuat mengajak kita terus berkarya walau dalam keterbatasan. Sebuah pertanyaan muncul di benak saya “ keterbatasan apa yang dimaksud?”

Rasa penasaran membuat tangan saya cekatan mengklik setiap artikel blog yang ditulis pemilik blog. Saya jadi memahami  kenapa tulisan yang dibuat begitu terasa hidup. Bahwa setiap kata dan kalimat yang lahir  merupakan kisah perjalanan hidup yang nyata.


Santi Setyaningsih, sebuah nama yang saya dapat dari pihak Astra  yang merupakan penerima  apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU)  Indonesia Awards Tahun 2024 asal Rumbai Pekanbaru Riau  dengan program bertajuk “ Pemberdayaan  UMKM Penyandang Disabilitas” . Disini aku mulai memahami kalimat karena terbatas bukanlah pembatas, bahwa setiap  gerak dan karya punya nilai dan dampak untuk orang-orang sekitar. Kak Santi Setyaningsih orangnya juga sangat ramah, dia senang hati menjawab pesan Whatsapp saya  , disela kesibukan Diklatnya.


MENGENAL SANTI SETYANINGSIH

Santi Setyaningsih, Sos  wanita kelahiran Purbalingga 8 Mei 1991,  beliau  mengalami masalah pendengaran sejak usia 4 tahun. Setamat SMA beliau melanjutkan kuliah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sejak SMP beliau menyukai dunia kepenulisan. Curhatannya pada blog pribadi mengantarkannya menerbitkan buku  dengan judul Aku Bangga menjadi Tuna Rungu.


Pada blognya yang lain ia bercerita pada tahun 2017 mendirikan sebuah proyek dengan nama Creative Disable Enterprise di Yogyakarta, mengajak teman-teman disabilitas Tuli untuk mengembangkan bakat  dibidang ekonomi kreatif untuk memenuhi kebutuhan  masyarakat yang meningkat. Agar teman-teman penyandang disabilitas Tuli bisa mandiri secara Finansial.


PINDAH KE PEKANBARU

Pada tahun 2018 Santi Setyaningsih menikah dengan  teman   di komunitas yang sama dan pernah berkolaborasi membuat proyek seni untuk pemberdayaan di Pekanbaru Kota. Di Pekanbaru dia mendapati kesenjangan  pada akses layanan public. Dimana  sangat minim sekali mempekerjakan teman tuli. Nah dari situ ia mulai mengajak temannya untuk membuat sebuah komunitas, akhirnya tercetuslah Komunitas Tuli Lancang Kuning ( KUTILANG) pada tahun 2019. Dalam komunitas tersebut  teman tuli diajari Bahasa Isyarat Indonesia  secara gratis melalui komunitas ini terlahir Juru Bahasa Isyarat pertama di Riau. Santi ingi teman tuli bisa berkembang dan masyarakat menerima dan memahami akan kebutuhan mereka.

komunitas kutilang pekanbaru
Komunitas Kutilang/Sumber foto : Riau Online

PEMBERDAYAAN UMKM PENYANDANG DISABILITAS

Melalui komunitas yang ada ia bergerak membentuk kelompok kecil yang beranggotakan penyandang disabilitas belajar menciptakan produk rumahan, seperti makanan, kerajinan dan karya lain yang mulai dijual secara online. Tantangan dan hambatan pasti ada mulai dari membangun kepercayaan diri anggota, dan modal yang terbatas. Nah iya mulai memberikan pelatihan dan keterampilan, baik dari sisi kepercayaan diri sampai dengan literasi digital sampai bagaimana cara mengelola usaha secara mandiri.

Melalui program pemberdayaan tersebut Santi menciptakan ruang baru bagi Inklusi di Riau. Dia benar-benar membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah sebuah pembatas untuk berdaya. Kini peserta program sudah mampu menciptakan produk yang berkualitas dan mendapat penghasilan tetap lebih dari itu program ini menumbuhkan rasa percaya diri. Sesungguhnya program ini tujuan utamanya tak sekedar mengejar materi atau dilihat dari sisi ekonomi saja tapi bagaimana teman-teman disabilitas merasa dihargai, merasa mampu dengan rasa percaya diri berdiri di tengah masyarakat, dan masyarakat sekitar tidak memandang sebelah mata  tapi justru mendukung dan membeli produk karya mereka. Sungguh sebuah gerakan yang memberikan efek domino yang memperkuat semangat pemberdayaan.


PENERIMA SEMANGAT ASTRA TERPADU UNTUK (SATU) INDONESIA AWARDS 2024 

Pada tahun 2024 Santi mendapat apresiasi ASTRA dalam Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards karena langkah santi sejalan dengan SATU Awards Indonesia. Santi membuat komunitas dan program karena yakin bahwa keberdayaan takkan pernah ada tanpa kebersamaan, selalu bekerjasama dengan komunitas lokal, relawan, dan lembaga sosial yang mendukung gerakan inklusif di Riau. Semua bertujuan bagaimana penyandang disabilitas dapat berbaur di masyarakat dengan rasa percaya diri, untuk dapat berkarya tak sekedar menerima bantuan masyarakat tapi berkontribusi aktif di masyarakat. Konsep ini sangat sejalan dengan tema” Satukan Gerak, Terus Berdampak”. Semoga manfaat yang dirasakan saat ini terus berkembang dan lebih maju dimasa depan.

berkolaborasi dan bersinergi bersama suami/ sumber: klik cerdas

SATU Awards Indonesia merupakan bentuk penghargaan bagi individu maupun kelompok yang memberi dampak di lima bidang utama: Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.


Melalui ajang ini, Astra tidak hanya memberikan penghargaan, tetapi juga mendorong para penerima apresiasi untuk berkolaborasi dengan program unggulan seperti Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra, agar manfaatnya bisa dirasakan secara lebih luas dan berkelanjutan.


Santi Setyaningsih adalah salah satu wujud nyata dari semangat tersebut. Dengan menggerakkan penyandang disabilitas untuk mandiri, ia telah membuktikan bahwa kewirausahaan dapat menjadi jembatan menuju kemandirian dan kesetaraan.


PENUTUP

Dari Riau, langkah kecil seorang perempuan bernama Santi Setyaningsih menyalakan api perubahan. Ia mengajarkan bahwa keberanian untuk memulai, meski dari hal kecil, bisa menimbulkan gelombang besar yang mengubah hidup banyak orang. Karena sesungguhnya, ketika gerak disatukan, dampak akan terus bertumbuh.Dan dari tangan-tangan seperti Santi, Indonesia menjadi lebih kuat, satu langkah, satu semangat, satu Indonesia

Posting Komentar