Kehidupan rumah tangga yang damai tentram adalah impian setiap orang, apalagi wanita tak sedikitpun pernah membayangkan rumah tangga yang “suram”. Tapi seiring berjalannya waktu banyak sekali wanita yang merasa salah mengambil keputusan untuk menikah. Kenapa? karena merasa tersakiti, tertekan, terancam oleh sikap suami. Suami yang dulu begitu lembut saat berpacaran, romantis, perhatian, tapi setelah sekian tahun terasa begitu kasar. Kekerasan dalam rumah tangga memang sangat menakutkan bagi wanita. Bagaimana tidak rumah yang seharusnya jadi tempat yang hangat , justru menjadi tempat yang membuat hati selalu cemas.
KDRT menurut Undang-Undang
PKDRT adalah Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).
Apakah tindak KDRT bisa dicegah?, Ya. Apapun
bentuknya tindak kejahatan itu bisa dicegah termasuk KDRT, paling tidak meminimalisasi kejadian tindak KDRT
tersebut. Salah satu tindak pencegahan
itu adalah berani bersuara, berani menyampaikan rasa tidak suka kepada pasangan
tentang apa yang telah dia lakukan kepada kita itu tidak benar. Tidak
mentolerir setiap kekerasan yang menghampiri kita sebagai wanita/istri.
Tak menutup mata, bahwa wanita itu lebih
mengedepankan perasaan dibanding logika. Sama sekali tak menuduh mereka
memiliki cinta tanpa logika, karena setiap orang pasti punya alasan untuk tetap
bertahan, dan tidak pula mengatakan mereka sebagai
perempuan “bodoh” karena keputusan yang mereka ambil, pastinya sudah tahu apa
akibatnya. Mungkin mereka memilih mencintai dalam luka, dan mereka menikmati,
padahal lebih nikmat mencintai dalam kedamaian.
Tapi kalo ditanya kekuatan hati orang tentu beda-beda ya?, ada yang bisa
damai dalam tekanan ada yang suasana
damai tapi dianya (pihak istri) bikin rusuh .
Seperti halnya penyakit, KDRT sebelum parah
pasti ada indikasi dan gejala, ada gelagat yang menjurus pada tindakan KDRT
tersebut. Jika memang ada gejala, lebih
baik buka suara , komunikasikan dengan suami bahwa “ini” tak bisa ditolerir
“ini” aku nggak suka, buat perjanjian
bahwa pernikahan yang damai tidak akan bisa berjalan.
Tempramental. Perlu
diselidiki jika suami sering marah untuk
hal-hal yang sebenarnya bisa
diselesaikan tanpa marah-marah. Apakah ada masalah ditempat kerja, apakah ada
tekanan kerja, sampai pada gangguan kesehatan seperti hipertensi. Tentunya sebelum tahap penyelesaian tindakan
kita harus tahu dulu penyebabnya.
Tidak
Suka Istri Berdandan. Pernah
mendengar ada istri yang dimarahi karena
istrinya pakai lipstick atau bedak?. Mungkin kita bisa terima kalau suami orang
sholeh banget dan nyuruh istri bercadar kecantikan isri hanya untuk suami, ini
tentu beda konteks. Suami yang melarang istri pakai lipstick itu nyata ada.
Istrinya hanya dirumah dan tak bekerja, lalu sesekali ingin keluar rumah denagn
bedak tipis dan lipstick biar lebih cerah . Apa tanggapan suami?, memarahi,
membentak, mengancam, membanting-banting. Apakah suami seperti ini “sehat”?.
Boro-boro nyuruh ke salon atau membelikan kosmetik, beli gincu dipasar tanpa
merk harga 5000 rupiah saja dimarah. Kok bisa bilang begini?, karena ini
kejadian dan dialami saudara sendiri, yang diikuti tindakan minus lainnya
seperti memukul dll. Akhirnya sang istri lari karena gak berani melawan. Tapi
yang ini menurutku termasuk berani ,sih.
Melarang
Istri Bersosialisasi. Manusia
itu makhluk sosial butuh untuk bersosialisasi. Istri butuh bergaul jika hanya
ikut arisan seminggu sekali, atau wiridan, kegiatan ibu-ibu PKK dll, kenapa
harus dilarang, kenapa harus marah. Apakah istri selingkuh, main hati?.
Terdengar lucu ya, tapi ternyata ada pria-pria yang “sakit” yang melarang
istrinya , marah dll. Jika ada suami punya “penyakit” ini perlu untuk
diberi”penataran “ sejak awal. Karena .menikah itu bukanlah sebuah penjara.
Selalu
Menyalahkan . Istri
bukan malaikat bukan manusia yang sempurna. Jika Istri melakukan kesalahan yang
sebenarnya pun bukan lah sebuah kesalahan. Selalu dimarah, dimaki, dibilang bodoh
dll. Minta dilayani terus, tapi tak pernah melayanikan dan memikirkan
perasaan istri. Pria seperti ini, ntah
menganhgap istrinya sebagai apa? bahkan pembantu pun tak layak untuk dihina dan direndahkan.
Tekanan
Finansial. Istri
pastinya ingin diberi kepercayaan dalam mengelola keuangan keluarga. Istri
ingin dihargai dengan sebuah kepercayaan. Seorang ibu curhat pada temannya,
bahwa sejak awal menikah suaminya tak pernah memberinya uang, suami sih belanja
seperti beras, dan sayur mayur, tapi tak pernah memberinya uang. Waktu muda
dulu sang ibu bekerja jadi dia tak peduli dengan sikap suaminya itu. Tapi
sekarang dia pensiun suaminya juga, tapi sikap suami tetap keras kasar dan tidak berubah. Kebiasaan yang terus dibiarkan maka lama-lama
dinikmati walau sakit.
Tindakan KDRT itu bukan hanya kekerasan fisik,
tapi juga ancaman, kebencian, termasuk soal Finansial dan pemenuhan kebutuhan
keluarga. Melarang istri bekerja tapi dia sendiri tak sanggup memenuhi, atau
membiarkan istri bekerja suami enak-enakan luntang lantung bahkan rokok
sebatang pun minta ke istri, dan jika ditolak lebih garang dari anjing yang
kelaparan.
Jadi ingat kejadian beberapa bulan lalu di
daerah ku yang sempat ramai diranah
facebook. Seorang suami memukul gigi istrinya sampai patah dan pingsan dengan
tang. Katanya sang suami meninggalkannya
dan menikah dengan wanita lain, lalu pulang minta uang 400 ribu kepada
istrinya. Tentu saja sang istri menolak, lalu suami dengan semena-mena . Kalau
aku pikir bukan sakit lagi nih suami, udah gila beneran.
Kasar
dalam berhubungan Seks. Orang-
orang bilang seks itu nafkah bathin karena disana ada kesenangan, ketenangan
dan kenyamanan. Apakah semuanya bisa didapat dengan kekasaran, keterpaksaan,
dan ketakutan? tentu tidak. Seks itu untuk kedua belah pihak bukan hanya pihak
suami tapi juga istri. Sedih rasanya mendengar ketika istri diperlakukan bagai budak nafsu , ditarik ke tempat tidur, begitu selesai di usir dengan kata yg tak pantas. Seks dalam rumah tangga bukan sekedar pelampiasan syahwat semata, ada perasaan sayang, cinta, kelembutan yang harus dijaga.
Membentak
dan Memukul . Jika
sudah membentak dan memukul ini tentu bukan indikasi lagi ya, ini sudah 100
persen pelaku tindakan KDRT. Bentakan dan bersuara keras beda intonasi. Anak
kecil juga tahu mana teriakan marah mana yang bukan. Bentakan yang dikeluarkan boleh saja sih,
asal kita sebagai istri benar-benar salah, misalnya ketahuan selingkuh atau
istri yang lebih dahulu berkata kasar. Lah.., kalau cuma lupa membeli sesuatu
yang diminta, lupa membuatkan minum, telat menyediakan makan, kitakan bisa
protes. Kita istrinya bukan pembantu apalagi budaknya. Jika diawal-awal menikah
sudah begini bagaimana jika udah sekian tahun? , segerakan komunikasikan.
Jangan tunggu dengan bilang “mungkin kalau punya anak bisa berubah”. Tak semua
orang bisa berubah cepat, jadi harus selalu diingatkan kesalahannya, dan
waspada. Apalagi juka sudah berani memukul, sebaiknya cepat diberi peringatan
Wanita itu lembut, tapi bukan lemah. Jika merasa tak sanggup atau tidak tahu apa yang harus diperbuat ketika mengalami tindakan KDRT, lebih baik suarakan, laporkan kepada orang terdekat baik keluarga suami maupun keluarga sendiri. Jangan sampai mereka kaget , atau mereka tahu ketika kita telah berdarah-darah atau dilarikan ke Rumah Sakit.