KETIKA ANAK TUMBUH SEBAGAI PENENTANG


[ Parenting] Melihat anak tumbuh menjadi remaja dan ceria, orang tua mana yang gak bahagia, ya mak. Banyak emak yang  bangga selfie disamping anaknya, eh lihat nih teman main aku, yeaay anak ku sudah jadi bujang, lihat  my junior  sekarang udah melebihi tinggia aku, dan  kalimat semacamnya.  Inti  “pamer” foto itu adalah sebagai luapan kebahagiaan dan ada rasa bangga ketika merasa ternyata aku bisa juga membesarkan anak, ternyata aku bisa merawat dan mendidik mereka  hingga sampai seusia sekarang,  apalagi jika mereka tumbuh menjadi anak baik dan sholeh.

Tapi mak, ternyata tak semua emak yang dapat merasakan kebahagiaan yang seperti itu. Diluar sana banyak emak yang menangis dalam doanya ketika anak remaja mereka tumbuh menjadi pribadi yang liar, suka begadang, pembangkang, ngambegkan, dan susah diatur. Apakah emak juga merasakan hal yang sama??

Melihat mereka tumbuh 'liar' bisa saja  kita menyalahkan pergaulan,atau lingkungan sekitar yang tak baik,kita  juga  bisa menuding bahwa itu pengaruh  internet, atau media televisi yang memberikan  tontonan yang kurang mendidik, tapi  kita juga perlu melongok kebelakang, merenungi tahun-tahun lalu ketika ia masih kecil, menilik kembali cara kita mendidik mereka hingga remaja. Ini sama sekali tidak menyalahkan orang tua,saya yakin sekali setiap orang tua  tak pernah mendidik anaknya jadi pembangkang dan kasar, mereka pasti berupaya  membentuk anak menjadi pribadi yang baik dan hormat pada siapapun. Setiap orang tua pasti sayang dan mencintai anak ,tapi hanya saja cara mengekspresikan cinta  pada anak  itu yang kurang tepat dan bersikap berlebihan.

Baca juga : 10 tips meningkatkan komunikasi balita 

Terlalu Kasar dan Keras
Kasar dan keras itu tidak sama dengan tegas. Memberi tahu kebenaran itu kewajiban tetapi jika disampaikan dengan kasar,penuh bentakan dan terlalu nyinyir bahkan tak segan-segan menyakiti secara fisik ketika ingin mendisiplinkan anak, justru membuat anak takut dan tertekan.  Bayangkan jika perasaan ini terakumulasi hingga bertahun-tahun. Ingat , kekasaran itu hanya membuahkan rasa takut yang sekelebat memang terlihat menurut , manut, patuh, tapi itu hanya diluar mak, mereka menuruti kata-kata emak cuma karena takut,coba tunggu sekian tahun lagi, ketika mereka merasa agak besar dan punya kekuatan mereka akan  melawan, membantah dan sifat liar yang tak bisa dilarang.

Contoh Kasus sederhana

Ketika anak menumpahkan air : “ ya ampun dek..hati-hati kenapa sih!! bikin kerjaan orang tua aja, mama tuh capek  ngepel, ish kamu!*Plak!!”

Coba tebak apa yang dirasakan anak,misalnya abis datang main berlari  riang  dan gak sengaja menyenggol air di meja. Satu anak jelas kaget banget, kedua wajah tiba-tiba ketakutan, dan ditambah bentakan pula pukulan atau cubitan, pasti nangis , kemudian denger anak  nangis, diteriakin lagi “diam!!”.

Anak merasa bahwa dia sama sekali tidak boleh berbuat salah. Imbasnya jika anak melakukan kesalahan dia akan bohong dan menutupi. Jika ingin melakukan sesuatu merasa takut mengungkapkan takut salah takut dimarahi, ah.. mending diam-diam aja,beda halnya jika  menggunakan kalimat yang lebih baik. misalnya dengan mengatakan

Ya ampun… airnya kesenggol ya.., hati-hati dek kalo jalan kalo adek yang jatuh bagaimana?, udah..ambil lap didapur  bersihin sekalian ya..”

Yakin banget anak mau membersihkannya.., dia tahu dia salah pasti akan tumbuh rasa tanggung jawabnya, walau mungkin mungkin  gak bersih-bersih amat. Dia merasa dihargai dan selanjutnya akan jujur jika melakukan kesalahan,atau tak sembunyi-sembunyi melakukan sesuatu.

Kurang Sentuhan untuk menunjukkan kecintaan
Ketika anak sering dimarahi dan dibentak mereka akan merasa bahwa mereka  tak disayangi, konsep marah tanda sayang itu  belum bisa mereka pahami. Jadi ketika dimarahi ya artinya gak sayang, walaupun sebenarnya mereka salah. Perasaan  tak disayangi itu bertambah-tambah ketika ayah ibu  tak pernah memperlihatkan bahwa “aku sayang kamu”, tak pernah atau jarang sekali memeluk, mencium, berbicara yang baik, yang terlihat cuma perkataan datar dan marah. Anak juga perlu disentuh hatinya, mengelus kepala anak ketika tidur disamping, bercanda, melucu  membiarkannya melawak versi dia dan kita ikut tertawa walau mungkin gak lucu, ini menumbuhkan rasa  bahwa mereka juga diperhatikan.

Bagaima jika sudah terlanjur ?

Sekarang anak sudah usia remaja belasan tahun ada rasa penyesalan ketika mengenang masa lalu, menyadari ada yang tak sempurna ketika mendidiknya. Anak kini tumbuh sebagai anak yang suka membantah, malas belajar, jarang dirumah,pulang dini hari, susah diatur dan dinasehati. Sudah  habis  kata dan nasihat, bahkan airmata tercurah, doa-doa sudah dipanjatkan namun  belum tampak perubahan.

Mak, yang perlu dipahami bahwa watak anak yang keras itu sudah dibentuk belasan tahun lamanya,takkan bisa berubah dalam sekejap, perlu kesabaran juga keikhlasan. Ketika marah meluap coba peluk erat-erat menangislah di dadanya katakan kalau emak sangat mencintai dan menyayangi dan tak mau kehilanganya, ingat.. bahwa dulu jarang sekali bahkan hampir tak pernah memeluknya . Berharap langkah ini akan menyentuh hatinya terdalam dan merasa dia diharapkan dan dihargai. Selain itu  tetap sabar, doa, dan ridho terhadap anak bukankah ridho Allah terletak pada ridho orang tua? maka ridhoilah dia semoga dengan begitu Allah memberikan hidayah dalam hatinya, jangan terlalu dimurkai ya mak nanti malah jauh dari hidayah. Semoga mak yang mengalami ini diberi kesabaran, keikhlasan dan kekuatan..aamiin..  (big hug untuk emak disana)
---
Baca juga : Balita suka menonton kartun, inilah yang harus dipastikan

Sebenarnya banyak faktor yang dapat menyebabkan anak tumbuh sebagai anak yang suka membantah dan keras kepala, seperti terlalu memanjakan anak sedari kecil, tidak tegas, anak yang kurang perhatian dll. Itulah sebabnya sebagai orang tua kita harus banyak belajar, menambah ilmu bagaimana menjadi orang tua yang baik menyayangi anak secara proporsional dan tak berlebih-lebihan baik ketika marah maupun ketika ingin memanjakan anak.

Jika orang tua kita dulu dirasa terlalu keras dalam mendidik kita,, tak sepantasnya kita menyalahkan mereka bahwa apa yang kita lakukan   sekarang sebagai  buah didikan mereka dimasa lalu. Dulu itu pengetahuan terbatas, mungkin orang tua terlalu sibuk memperjuangkan hidup bahkan pendidikan mereka banyak yang tak tamat SMP, jadi tidak bisa menyalahkan masa lalu. Saat ini ilmu parenting sangat banyak, banyak buku-buku dan tayangan, sudah saatnya kitas ebagai orang tua dapat bersikap adil dan bijak dalam mendidik, apa lagi dizaman sekarang banyak tantangan yang kita hadapi sebagai orang tua.

Baca juga : Manfaat Bernyanyi bersama balita

Bagaimana maks.. punya cerita tentang mendidik anak atau ada tips-tips parenting lain .. sharing yuk.. nungguin cerita dari para senior kehidupan nih.. :)


#Selfreminder

33 komentar

  1. Pernah syedih bnget ketika emak tidak seperti emak tmen2 yg kadang lbih care dan bisa lebih bijak ketika anak mereka berbuat salah. Tapi lambat laun, aku yg harus memahami sikap emak, dan berharap, smoga ketika aku menjadi ibu kelak, tidak memperlakukan anakku sedemikian.
    TFS buat artikelnya ya mba ^_^
    Salam Kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak dulu dan anak sekarang beda mak... kalo dimarahin nurut takut buat ngelawan takut kualat..., tapi didukung banyak faktor negatif..anak2 jadi berani melawan orang tua..., apa yang kita dapat masa lalu kita evaluasi sendiri aja.... makasih mba.. salam kenal kembali..

      Hapus
  2. Salam kenal, Mak. Pengalaman dulu selalu jadi cerminan untuk melangkah di masa depan. Sayangnya waktu tidak bisa diputar, ya. Berdamai dengan diri sendiri adalah salah satu menyembuhkan luka lama.

    BalasHapus
  3. Saya belajar banyak dari masa kanak2 dan remaja, Mbak. Saya sedari kecil selalu merasa tidak disayangi oleh ibu karena terlahir sebagai anak perempuan, sedangkan mereka sangat berharap memiliki anak lelaki. Saya dididik keras, berbeda dengan saudara yang lain. Puluhan tahun saya menyimpan luka batin....Alhamdulillah masih sangat disayangi oleh Allah karena dibukakan pintu kesadaran bahwasanya cara orangtua mendidikku merupakan bekal yang sangat berharga untuk melewati begitu banyak rintangan dalam perjalanan. Sejak itu saya bisa berdamai dengan semuanya...

    Maaf mbak jadi curcol...hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikhlas..dan berdamai dg masa lalu.. membuka mata hati untuk berpikir lebih jernih..

      Hapus
  4. jadi orang tua memang harus terus belajar lagi dan lagi :) PR ortu jaman sekarang banyaaaaak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak banget.. harus lebih gesit mengejar zaman.. jangan sampai ketinggalan..

      Hapus
  5. Setuju banget sama artikel ini, kadang kita lupa ya bahwa hal2 kecil yang kita lakukan (dan sering tanpa kita sadari) membentuk mereka jadi remaja seperti apa.. Makasih banyak ya artikelnya, pas banget nih buat aku yang punya dua pre-teen di rumah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebiasaan kecil..diangap remeh.. tapi terakumulasi bagai bom waktu... tiba2 kaget... anakku kok begini..?!

      Hapus
  6. Aduh aku kena nih...
    Makasih Mbk Nova sudah diingatkan lewat tulisnnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kena.. apa mba..he2, sayaapa lagi,, ini mah maksudnya jewer kuping sendiri..

      Hapus
  7. Mendidik anak itu pelajaran seumur hidup ya mbak, susah2 gampang, gampang2 susah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dizaman sekarang ini kok... berasa..susah susah sulit ya.. ? :)

      Hapus
  8. Belum punya anak sih karena belum menikah tapi kayaknya bisa deh buat pedoman nanti jika sudah menikah dan punya anak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sip.. udah mesti belajar jadi bapak yang baik... ya mulailah jangan melakukan hal2 negatif...

      Hapus
  9. materi yang dicari akhirnya ketemu juga.

    Apakah tips-tips di atas bisa diterapkan untuk semua umur anak ya Mbak?

    salam kenal dan terima kasih Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini bukan tips kok... cuma nasehatin diri sendiri, yang pasti ini untuk usia sebelum remaja lah.., setelah itu..ya sesuaiporsinya lah..baik mara..ataupun sayang..

      Hapus
  10. Wah, konten postingan Nashhah bagus. Iya sih, kita gak boleh menyalahkan orangtua kalau anak mempunyai karakter yang tidak semestinya, memang lingkungan juga besar pengaruhnya lho. Nice posting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih bbunda..yati, iya..kita selalu bilang "eh..siapa tuh orang tuanya..bandel banget" padahal orang tua pasti didikannya baik... banyak faktor yg mempengaruhi..

      Hapus
  11. Sepakat dengan artikel ini. Menyentuh sekali. Semoga menyadarkan kita semua. Salam kenal mba admin

    BalasHapus
  12. Kadang, lihat orangtua yang galak sama anaknya itu gregetan. tapi, ngga nyadar kalau kita pun suka galak sama anak :( self reminder. Apa yang kita lakukan hari ini akan terus diingat sama anak. Terus belajar sabar menghadapi karakter anak yang beda-beda. Semoga saya bisa jadi orangtua yang lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mba... kadang kalau liat orang bentak-bentak anak rasanya gimana...gitu, ternyata jadi orang tua itu mesti banyak sabar..kontrol diri nomor satu..

      Hapus
  13. Sama anak bisa kok ngomong pelan, jadi mereka merasa dihargai. Anak2 sama dg orang dewasa yg gak suka dibentak2. Dan memorinya akan menyimpan selamanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sih..mba..dulu waktu kecil kalo dibentak itu.. berasa langsung mau nangis.. mental yang kena..

      Hapus
  14. ngasuh anak di jaman sekarang memang lebih banyak tantangannya yah Mba :)
    tapi setuju banget, anak-anak yang sering dibentak akan tumbuh menjadi anak yang pembangkang :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. :(
      tantangan banyak banget.. harus terus belajar jadi orang tua..

      Hapus
  15. Benar banget, mbak! Justru jika anak diberitahu dengan tegas (bukan kasar) suatu hari dia melakukan kesalahan lagi dia akan mampu minta maaf.

    contoh kasus:

    Saat anakku menumpahkan air (bukan disengaja) akupun pernah membentaknya (jujur saja :D ) tapi yang ada justru si kecil akan mengulangi lagi dan kali ini di sengaja.
    Namun saat saya memberitahu dengan "Lain kali kamu harus berhati-hati, karena kalau air tumpah takut kamu terpeleset"
    Si kecil justru mengakui kesalahannya "Maaf bunda, aku nggak sengaja." dan langsung ambil kain pel dan ngelap air yang tumpah..

    BalasHapus
  16. ah, bener. depend on cara penyampaiannya.
    saya masih single sih, tapi kmarin2 pernah latah baca buku kiki barkiah, benar cak itu sarannya. sebab apa yg kau tanam, itulah yg dituai
    #eh ^^

    salam kenal ya bun, mugi2 istiqamah sama dede2nya

    BalasHapus
  17. Inspiratif banget Mbak sharingnya :)

    BalasHapus
  18. Sangat bermanfaat sekali artikelnya...
    mungkin suatu hari nanti akan merasakan sendiri rasanya jadi orang tua
    maklum masih Jomblo :'v

    BalasHapus
  19. salam kenal..sy emak dari si cantik 15 th, pembangkang, kasar, tdk berempati..dulu dia anak manis yg luar biasa dimanja dan disayang..sy emak bekerja full time, bercerai setahun lalu...cobaan terberat sekarang menghadapi tuan putri tunggal sy...semoga tuhan selalu melindungi dan menjaga dia...i love u so much nak

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya, jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya di sini yach...:), Tidak terima komentar spam dan komentar mengandung Link,brokenlink , dan harus menggunakan nama semestinya , anonim dan merk tidak akan diterbitkan.